Pemkot Surabaya Harus Pikirkan Nasib PSK dan Mucikari Dolly

Radar Publik Kamis, 12 Desember 2013.
SURABAYA - Kontroversi penutupan lokalisasi Dolly masih bergulir. Pasalnya, lokalisasi ini sudah ada sejak zaman Belanda dan banyak masyarakat yang menggantungkan hidup di sana.

"Tidak bisa dipungkiri banyak orang yang menggantungkan hidup dari lokalisasi ini seperti buruh cuci, tukang pijat, tukang parkir, tukang becak dan lain-lain," kata Daniel Lukas Rongrong pendamping mucikari dan PSK eks-Lokalisasi Tambak Asri kepada Radar Publik, Kamis (12/12/2013).

Kata Daniel, pemerintah dan semua elemen masyarakat juga harus memikirkan nasib mereka pasca-penutupan yang rencananya akan dilakukan tahun depan. Ia mencontohkan, pentutupan Lokalisasi Tambak Asri masih menyisakan banyak persoalan, yakni pemberian tali asih kepada mucikari dan eks-PSK.

"Ada 10 mucikari yang hanya diberi Rp1 juta dari Rp5 juta yang dijanjikan oleh pemerintah," kata pria yang juga menjabat Ketua Bidang Sosial DPW Ormas Persatuan Indonesia (Perindo) Jawa Timur itu.

Selain itu, harus ada kesadaran sendiri dari para mucikari dan PSK agar bersedia berhenti dari pekerjaan tersebut. Melihat dari pengalaman, pasca-penutupan Lokalisasi Kremil, ternyata angka kriminalitas semakin meningkat.

"Tidak sedikit warga di sana (lokalisasi Kremil-red) tersangkut kasus kriminal, seperti pengedar dan pemakai narkoba, kasus judi, dan togel. Hal ini seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah bahwa pasca-penutupan seharusnya disertai dengan pemulihan ekonomi," tandasnya. (Red)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. RIRA INDONESIA Di Duga Menilap Gaji Karyawan